Oleh : EGI SAFITRI
Sudah sedari dulu pemuda diberbagai daerah merantau keluar
dari desa dengan harapan bisa memperbaiki kehidupan. Dengan keterampilan yang
seadanya, tidak menyurutkan niat mereka untuk mencari kehidupan yang lebih
baik. Dengan bermodalkan hanya tenaga dan mental nekad, mereka beranikan diri
untuk mengadu nasib di kota tujuan. Jakarta jelas menjadi tempat primadona
pertama yang dijadikan pilihan untuk bekerja. Hal ini tidak lepas dari
ekspektasi bahwa di Jakarta kita bisa mendapatkan segalanya. Apalagi kalau pada
saat lebaran, para perantau datang dengan pakaian yang bagus dan membawa uang
banyak, jelas ini akan menjadi magnet yang semakin menyedot mereka untuk
datang.
Dari cerita di atas, banyak orang yang hanya terkecoh dengan
hasilnya saja. Banyak yang merasa iri dan ikut terbuai untuk mengikuti jejak
temannya. Padahal ketika mereka merasakan sendiri, ternyata proses untuk
mendapatkan itu tidak mudah.
Melihat kondisi tersebut, tentu ada keprihatinan tersendiri
bagi saya sebagai salah seorang yang berasal dari desa juga. Walaupun belum
bekerja, namun saya tidak pernah bisa membayangkan bagaimana jika saya bekerja
di luar daerah tanpa dibekali keterampilan yang cukup. Jelas akan sangat
merepotkan bagi kelangsungan hidup kita sendiri. Untuk mengatasinya jelas harus
ada pemotongan siklus, agar tidak terjadi terus menerus. Salah satu solusinya
jelas dengan pendidikan, tingkat pendidikan yang tinggi akan membuat pikiran
seseorang lebih luas lagi dalam memandang sesuatu hal. Tentu masalah yang akan
muncul ke permukaan, tidak semua orang tua bisa menyekolahkan anaknya sampai
jenjang ini. Kalaupun ada yang sanggup belum tentu berbanding lurus dengan
kemampuan yang diperoleh, mengingat ilmu dan keterampilan yang didapatkan di
sekolah tidak serta merta berbanding lurus dengan dunia kerja.
Satu-satunya jalan yang bisa dilakukan adalah dengan
menumbuhkan jiwa entrepreneur (wirausaha) pada anak semenjak kecil. Dengan
harapan setelah dewasa mereka mempunyai keberanian untuk membuka usaha. Karena
tidak semua orang punya keberanian itu, perlu mental yang cukup besar juga
untuk bisa membuka usaha sendiri. Karena resiko yang dihadapi jelas penolakan
dan juga cemoohan dari orang sekitar. Tapi kalau hal ini bisa diatasi, jelas
ini bisa menjadi point tersendiri.
Entrepreneurship
atau kewirausahaan adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa
visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara
yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut
adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau
ketidakpastian.
Siapa yang dapat
menjadi wirausaha? Sering sekali pertanyaan seperti itu muncul. Semua dari kita
itu bisa menjadi seorang wirausaha. Kita tahu bahwa untuk menumbuhkan jiwa wirausaha yang
tangguh pada diri seseorang memang membutuhkan waktu yang terbilang lama serta dibutuhkan kesabaran untuk selalu mengasahnya. Jiwa
entrepreneurship atau jiwa wirausaha memang dapat diupayakan untuk
dikembangkan serta dibekalkan pada seseorang (terutama pada pemuda) untuk
menguatkan mental seseorang tentang entrepreneurship. Wirausahawan itu sendiri
lahir dari bakat, pengetahuan, pengalaman, dan lingkungan.
Cara yang sering ditempuh untuk menumbuhkan jiwa wirausaha
yaitu dengan mengikuti seminar-seminar umum tentang kewirausahaan, membiasakan
menjalani kehidupan dengan semangat tinggi untuk berpola hidup produktif. Menanamkan
gagasan bahwa setiap waktu adalah uang, setiap tenaga adalah kerja dan setiap
ide merupakan inovasi perubahan. Dan menumbuhkan bahwa seorang pemuda memang
siap untuk menjadi wirausaha muda yang sukses.
Jiwa wirausaha memang dapat ditumbuhkan dalam diri setiap
orang, oleh karena itu bagi setiap pemuda masing-masing memiliki potensi untuk
mengembangkan prinsip entrepreneurship pada diri mereka dan siap untuk menjadi
wirausaha muda yang sukses.
Adapun krakter yang harus dimiliki untuk mencapai semua
tujuan itu yakni memiliki sifat personal yang tinggi, seperti mandiri, optimis,
dan percaya diri. Kita sebagai calon wirausaha juga harus smart, dalam arti
mampu mengambil resiko, dan mampu menerima tantangan dalam hal apapun. Kemudian
Organisatoris yaitu memiliki sifat kepemimpinan (leadership), tanggap saran,
kriktik, dan senang bergaul. Lalu memiliki jiwa social yang baik seperti
visioner, peka terhadap keadaan dan inventif. Dalam hal ekonomis, seorang calon
wirausah harus mampu mengejar nilai tambah (laba), inisiatif, dan selalu
berpikir bahwa tiada hasil tanpa kerja. Terakhir dalam tabiat seorang calon
wirausaha harus motivatif, berpikit terbuka dan inovatif.
Sekarang setelah kita memiliki karakter sebagai seorang
wirausaha, apa yang harus kita lakukan? Mulailah dari diri sendiri, mulailah
dari sekarang, mulailah dari yang kecil, mulailah menuntut ilmu, dan mulailah
belajar pada ahlinya. Kunci Utama ada pada Tekad dan Pilihan Pribadi. Tangkap peluang seperti masalah-masalah , kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, karena diciptakan. Berdayakanlah Peluang, ada beberapa pendapat bagaimana
orang-orang memberdayakan peluang seperti Orang bodoh menyia-nyiakan peluang, Orang pintar menunggu peluang, Orang bijak mencari peluang, Orang yang pintar dan bijak akan menciptakan peluang. Bertindak menangkap peluang Lakukan apa yang anda senangi dengan pikiran dan waktu Anda. Bertindaklah dari diri sendiri, dari sekarang dan dari yang terkecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar