Rabu, 08 April 2015

Bunuhlah waktu kosong dengan "pisau" kesibukkan.


banyak orang-orang yang menganggur dan biasanya akan menjadi penebar isu dan desas desus yang tak bermanfaat. Itu karena akal pikiran mereka selalu melayang – layang tak tahu arah. Dan, Saat paling berbahaya bagi akal adalah manakala pemiliknya menganggur dan tak berbuat apa-apa. Orang seperti itu, ibarat mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi tanpa sopir, akan mudah oleng ke kanan dan ke kiri. 
Bila pada suatu hari kita mendapatkan diri kita menganggur tanpa kegiatan, bersiaplah untuk bersedih, gundah, dan cemas!
Nah loh? Emang kenapa?
Sebab, dalam keadaan kosong itulah pikiran kita akan menerawang ke mana-mana, mulai dari mengingat kegelapan masa lalu, menyesali kesialan masa kini, hingga mencemaskan kelamnya masa depan yang belum tentu kita alami. Dan itu, membuat akal pikiran kita tak terkendali dan mudah lepas kontrol. Maka dari itu, perbanyak mengerjakan amalan-amalan yang bermanfaat, itu lebih baik daripada terlarut dalam kekosongan yang membinasakan. Singkatnya, membiarkan diri dalam kekosongan itu sama halnya dengan bunuh diri dan merusak tubuh dengan narkoba.
Waktu kosong itu tak ubahnya dengan siksaan halus ala penjara Cina, meletakkan si narapidana di bawah pipa air yang hanya dapat meneteskan air satu tetes setiap menit selama bertahun-tahun. Dan dalam masa penantian yang panjang itulah, biasanya seorang napi akan menjadi stres dan gila.
Berhenti dari kesibukan itu kelengahan, dan waktu kosong adalah pencuri yang culas. Adapun akal kita, tak lain merupakan mangsa empuk yang siap dicabik-cabik oleh ganasnya terkaman kedua hal tadi, kelengahan dan si "pencuri".

Karena itu bangkitlah sekarang juga. Kerjakan shalat, baca buku, bertasbih, mengkaji, menulis, merapikan meja kerja, merapikan kamar, atau berbuatlah sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain untuk mengusir kekosongan itu!. Bunuhlah setiap waktu kosong dengan 'pisau' kesibukan! Dengan cara itu, dokter-dokter dunia akan berani menjamin bahwa kita telah mencapai 50% dari kebahagiaan. Lihatlah para petani, nelayan, dan para kuli bangunan! Mereka dengan ceria mendendangkan lagu-lagu seperti burung-burung di alam bebas. Mereka tidak seperti Anda yang tidur di atas ranjang empuk, tetapi selalu gelisah dan menyeka air mata kesedihan.

Selasa, 19 Agustus 2014

Awal Penantian


Saat aku menunggu seseorang yang Luar biasa, aku pun harus melakukan hal-hal yang luar biasa. aku  harus melakukan hal-hal yang luar biasa…karena yakin, dia pun sedang melakukan yang luar biasa…
Ketika aku masih harus menunggu. aku ingin penantianku ini bernilai ibadah. aku ingin semua yang ku lakukan saat menanti terhitung amal yang kelak menemaniku saat terbaring di atas lahat.
namun, kini aku merasa penantianku makin hambar. ada banyak hari-hari yang ku lewatkan dengan sia-sia. ada saat-saat dimana aku menghilangkan harapanku ini…

Duhai, jiwa Muslimah…
Bangunlah, bergegaslah…mungkin esok tak ada waktu lagi untuk melakukan yang terbaik. segera singsingkan lengan baju untuk melakukan hal-hal yang menjadi jembatanmu menuju masa depan. masa depan yang indah dunia dan akhirat…
Duhai Jiwa muslimah,…jika saat ini kau masih terkapar. entah kapan Allah akan mengabulkan do’a-doamu…bergegaslah, berjuanglah…sebagaimana perjuangan Ummul Mu’minien terdahulu….
Allahu Akbar.
Duhai Jiwa Muslimah…
Berbahagialah, DIA menciptakanmu dengan Mulia. menghadirkan Syurga di telapak kakimu…Indah, sungguh Indah…dan sangat indah...

Selasa, 12 Agustus 2014

Jika. .

jika aku diberi satu permohonan
apa yang akan aku minta???
andai aku bisa memutar kembali waktu yang telah hilang!
jika apa yang aku harapkan bisa aku genggam..
malangnya karena aku terlalu berharap dan hanya melihat ke atas tanpa melihat ke depan.
tidak semua yang kita inginkan harus terjadi seketika, kita tidak hidup di negeri dongeng!!

Kamis, 07 Agustus 2014

Mimpi Terburuk :(

seperti inikah? jauh dari apa yang aku bayangkan, jauh dari apa yang aku pikirkan..
nampak jelas namun terkadang buram kembali..
mencoba melupakan namun ternyata sangat sulit untuk melakukannya :(

Rabu, 06 Agustus 2014

Izin untuk tersenyum



Semua orang yang mengenalku dengan baik pasti menyebutku sebagai orang yang periang. Aku percaya bahwa aku harus merangkul harapan dan menemukan sesuatu yang positif bahkan dalam situasi yang tersulit sekalipun. Aku percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi untuk alasan tertentu, dan jika kita tetap membuka hati dan pikiran, sesuatu yang tidak kasat mata menjadi kasat mata dengan cara yang tak terduga.
Tapi aku harus jujur mengatakan bahwa orang periang pun kadang – kadang kehilangan harapan. Inilah yang terjadi padaku pada suatu hari yang mendung di bulan agustus. Aku merasa sangat terbebani oleh tantangan yang menyakitkan yang akan aku hadapi dalam kehidupan. Semua pergolakan masalah telah bersekutu untuk menciptakan badai emosi yang mengancam akan menghancurkan semangatku. Aku merasa marah, frustasi, terbebani dan saat itu cuaca seolah – olah mencerminkan perasaan hatiku. Langit kelabu menghalangi semua sinar matahari.
Dengan masih merasa pesimis dan negatif, aku melihat matahari telah muncul sesaat. Aku mulai memikirkan sikap negatifku dan mengingatkan diri bahwa aku bertanggung jawab untuk situasi pikiranku sendiri. Meski tidak bisa mengabaikan kepedihan yang sedang ku alami, aku bisa memilih untuk berkubang di dalam negativitas atau memilih untuk menggeser pikiran ke arah yang lebih positif. Saat mencoba untuk menggeser arah pikiranku, aku TERSENYUM teringat akan sebuah kalimat “Menjadi Tua itu Pasti tapi Menjadi Matang belum Pasti” yang bersamaan ini menguatkan kesadaran sebelumnya tentang aku yang memilih cara pandangku terlepas dari situasi yang ada. Aku merasa semangat dan suasana hatiku yang disadari untuk memilih sikap yang positif.