Semua orang yang mengenalku
dengan baik pasti menyebutku sebagai orang yang periang. Aku percaya bahwa aku
harus merangkul harapan dan menemukan sesuatu yang positif bahkan dalam situasi
yang tersulit sekalipun. Aku percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi untuk
alasan tertentu, dan jika kita tetap membuka hati dan pikiran, sesuatu yang
tidak kasat mata menjadi kasat mata dengan cara yang tak terduga.
Tapi aku harus jujur mengatakan
bahwa orang periang pun kadang – kadang kehilangan harapan. Inilah yang terjadi
padaku pada suatu hari yang mendung di bulan agustus. Aku merasa sangat
terbebani oleh tantangan yang menyakitkan yang akan aku hadapi dalam kehidupan.
Semua pergolakan masalah telah bersekutu untuk menciptakan badai emosi yang
mengancam akan menghancurkan semangatku. Aku merasa marah, frustasi, terbebani
dan saat itu cuaca seolah – olah mencerminkan perasaan hatiku. Langit kelabu
menghalangi semua sinar matahari.
Dengan masih merasa pesimis dan
negatif, aku melihat matahari telah muncul sesaat. Aku mulai memikirkan sikap
negatifku dan mengingatkan diri bahwa aku bertanggung jawab untuk situasi
pikiranku sendiri. Meski tidak bisa mengabaikan kepedihan yang sedang ku alami,
aku bisa memilih untuk berkubang di dalam negativitas atau memilih untuk
menggeser pikiran ke arah yang lebih positif. Saat mencoba untuk menggeser arah
pikiranku, aku TERSENYUM teringat akan sebuah kalimat “Menjadi Tua itu Pasti
tapi Menjadi Matang belum Pasti” yang bersamaan ini menguatkan kesadaran sebelumnya
tentang aku yang memilih cara pandangku terlepas dari situasi yang ada. Aku
merasa semangat dan suasana hatiku yang disadari untuk memilih sikap yang
positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar