Rabu, 06 Agustus 2014

Izin untuk tersenyum



Semua orang yang mengenalku dengan baik pasti menyebutku sebagai orang yang periang. Aku percaya bahwa aku harus merangkul harapan dan menemukan sesuatu yang positif bahkan dalam situasi yang tersulit sekalipun. Aku percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi untuk alasan tertentu, dan jika kita tetap membuka hati dan pikiran, sesuatu yang tidak kasat mata menjadi kasat mata dengan cara yang tak terduga.
Tapi aku harus jujur mengatakan bahwa orang periang pun kadang – kadang kehilangan harapan. Inilah yang terjadi padaku pada suatu hari yang mendung di bulan agustus. Aku merasa sangat terbebani oleh tantangan yang menyakitkan yang akan aku hadapi dalam kehidupan. Semua pergolakan masalah telah bersekutu untuk menciptakan badai emosi yang mengancam akan menghancurkan semangatku. Aku merasa marah, frustasi, terbebani dan saat itu cuaca seolah – olah mencerminkan perasaan hatiku. Langit kelabu menghalangi semua sinar matahari.
Dengan masih merasa pesimis dan negatif, aku melihat matahari telah muncul sesaat. Aku mulai memikirkan sikap negatifku dan mengingatkan diri bahwa aku bertanggung jawab untuk situasi pikiranku sendiri. Meski tidak bisa mengabaikan kepedihan yang sedang ku alami, aku bisa memilih untuk berkubang di dalam negativitas atau memilih untuk menggeser pikiran ke arah yang lebih positif. Saat mencoba untuk menggeser arah pikiranku, aku TERSENYUM teringat akan sebuah kalimat “Menjadi Tua itu Pasti tapi Menjadi Matang belum Pasti” yang bersamaan ini menguatkan kesadaran sebelumnya tentang aku yang memilih cara pandangku terlepas dari situasi yang ada. Aku merasa semangat dan suasana hatiku yang disadari untuk memilih sikap yang positif.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar